Senin, 07 Maret 2011

Jangan Berlari…

Ini adalah tahun ke tujuh aku berada di sini. Kota kecil yang sangat nyaman bagiku. Sejuk dan damai. Aku tahu, ini adalah sebuah pencarian jati diri yang sangat panjang dan jauh. Dan aku bahagia, telah menuntaskan kembaraku dan memilih kota ini sebagai kota kelahiranku meskipun tak dilahirkan di sini. Sejak menginjakkan kaki di sini, aku tahu bahwa ini adalah pilihan hidupku. Bahwa aku ditakdirkan untuk menyusuri musim di kota ini. Dan aku juga tau bahwa kehidupan cintaku akan bersemi di kota ini : Jember. Aku tahu semua ini akan terjadi, tepat sa’at aku memutuskan pilihan kuliah di Universitas negeri di kota ini.

Usia pun merambat hampir menapaki angka 25 tahun. Semua orang merasa bahwa seharusnya aku sudah berlari. Tapi aku tak ingin seperti itu. Aku ingin menikmati hidup dengan caraku sendiri. Aku enggan berkompetisi jika pada akhirnya pilihannya adalah berlari. Aku hanya ingin menikmati hidup ini dengan wajar, namun dengan cara yang tak biasa. Dan aku tahu, semua itu tak akan dapat aku wujudkan dengan berlari. Aku hanya akan berlari jika aku bener-benar butuh berlari. Aku ingin menikmati semuanya tapi tidak dengan berlari.


Semua orang di sekitarku menikmati hidup dengan berlari. Berlari mengejar kedudukan untuk meningkatkan prestise di masyarakat. Berlari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang populer. Berlari untuk pamer ini dan itu. Berlari hanya untuk sekedar basa-basi belaka. Berlari untuk menang sendiri. Semuanya berlari dan terus berlari, dan akhirnya hanya membuahkan satu kata : lelah.

Gerimis masih rerintik di luar sana, dan sore tadi aku tak menemukan senja yang kuning. Yang kulihat hanyalah deretan orang-orang yang lelah berlari menerobos hujan. Yang terdengar hanyalah keluh orang – orang yang lelah berlari. Namun mereka tetap memilih untuk berlari. Orang-orang yang menganggap bahwa hidup adalah sebuah pelarian untuk mengajar sesuatu.


Sudah terlalu banyak orang yang menikmati hidupnya dengan berlari? Berlari sekencang mungkin dan tak bisa melihat apa-apa. Sudah terlalu biasa menikmati hidup dengan berlari. Tak adakah orang yang benar-benar ingin menikmati hidup selayaknya berjalan-jalan? Menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh-Nya, dan ada kalanya kita butuh rehat sejenak ketika lelah. Adakah yang benar-benar ingin mengisi hidup dengan kebahagiaan? Bukan dengan kelelahan yang kelabu?


Semua orang resah dan merasa ingin berlari. Tapi sudah sa’atnya aku memutuskan sebuah pilihan. Perjalanan ini harus kunikmati, dan aku tak kan bisa menikmatinya dengan berlari…

Gerimis masih saja turun dengan lembutnya, dan aku tersenyum. Ya, tersenyum diantara orang-orang resah yang ingin berlari. Semoga esok, senja berwarna kuning cerah. Ayo berjalan-jalan, jangan berlari…

9 komentar:

  1. hai..kunjungan balik..salam kenal ya..

    jangan berlari,nanti kamu jatuh..
    pelan-pelan aja,tapi tetap sampai tujuan..

    Hidup ini cuma sekali,menikmati adalah proses kehidupan untuk menjadi lebih baik,slowly but sure sis..!!

    salam

    BalasHapus
  2. kalau kita lari terus, kapan kita bisa ngadepin masalahnya mas?!?!

    BalasHapus
  3. Shasa boleh ikut jalan2 dan menikmati senja yg berwarna kuning..?

    BalasHapus
  4. Tante... suka gerimis dan warna kuning ya..? :)
    Oya, Shasa belum pernah ke Jember lho...

    BalasHapus
  5. Tak suka berlari, tapi memilih jalan...
    Apakah sama juga tak suka hujan, tapi memilih gerimis...? #asaltebak

    BalasHapus
  6. Memang benar, sekarang ini banyak org yg sibuk berlari mengejar mimpi. Tapi it's OK.., krn hidup adl pilihan dan semua mengandung konsekuensi masing2. Yg penting kita senang dan bahagia dg pilihan kita.

    BalasHapus
  7. Sayapun kurang suka berlari dalam menyikapi kehidupan ini, rasanya lebih enak sedikit santai sambil menikmati senja yang kekuningan.

    Salam.. .

    BalasHapus
  8. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    Hargailah hari kemarin,mimpikanlah hari esok, tetapi hiduplah untuk hari ini.,
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

    BalasHapus